Jika di analogikan, fungsi jiwa mirip dengan sistem operasi pada sebuah perangkat komputer atau handphone. Sebuah handphone terdiri dari 3 komponen; hardware atau perangkat keras, software atau perangkat lunak, dan operating system atau sistem operasi.
Untuk menyalakan ketiga komponen diatas maka kita membutuhkan listrik atau baterai agar ia menyala (hidup). Sistem operasi hanya akan berfungsi jika ada listrik. Sistem operasi akan bekerja lamban jika terlalu banyak program aplikasi. Sistem operasi perlu refresh, resset, atau bahkan reinstalling jika kinerjanya lamban.
Jika kita perhatikan maka jiwa manusia pun demikian. Jiwa ini laksana nyalaan semangat yang tersimpan dalam dada. Semangat kehidupan itu akan menyala jika ada ruh yang tersimpan pada jasad. Jika ruh dan jasad itu dipisahkan maka nyalaan kehidupan itu akan mati. Sebagaimana hilangnya nyalaan sistem operasi saat baterai dan prosessor dipisah atau tidak terkoneksi lagi. Ruh manusia Allah titipkan pada jasad untuk massa waktu tertentu, sama dengan listrik yang tersimpan dalam baterai yang akan menghidupkan handphone dalam masa waktu tertentu.
Jiwa beda dengan jasad, maka dari itu kebutuhan dan perawatannya pun jelas berbeda. Tubuh butuh makanan, dan butuh air untuk perawatannya (pembersihan) sementara jiwa perlu al Qur’an sebagai makanannya dan perlu Dzikir sebagai pembersih dan penjaganya.
Jiwa perlu sebuah metode penyucian agar kinerjanya tetap statis dan kuat sebagai mana fungsi awalnya. Jiwa perlu disucikan sebelum al Qur’an masuk dan tinggal disana. Jadi tazkiyyatunnafs merupakan upaya penyucian jiwa dari berbagaikotorannya, agar cahaya-Nya kembali berfungsi dan menjadi energi kehidupan.
0 komentar
Posting Komentar